JAKARTA, INDONESIA PARLEMEN – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan hasil survei mengenai gizi dan kesehatan anak Indonesia. Berdasarkan hasil sensus periode 2003-2013, masih banyak anak Indonesia yang kekurangan gizi.

“Sensus 2003-2013, satu dari tiga anak Indonesia tumbuhnya stunting atau kuntet. Ini kemunduran SDM Indonesia,” jelas Susi, saat menyampaikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (8/9/2017) siang.

Menurut Susi hal ini kemunduran, karena di negara lain, anak-anaknya justru bertambah tinggi badannya hingga 1,5 centimeter per tahun. Sedangkan di Indonesia, 39 persen anak-anaknya justru kuntet atau pendek karena kurangnya asupan gizi.
Tren mengonsumsi ikan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan. Menurutnya, peningkatan ini merupakan dampak dari kampanye gemar makan ikan di berbagai daerah.
“Jika ingin membangun bangsa, harus juga membangun manusianya. Bagaimana sumber daya manusia Indonesia dapat bersaing di era globalisasi, jika otaknya tidak cerdas dan kualitas gizinya tidak baik,” kata Susi.
Salah satu gizi yang penting untuk meningkatkan kecerdasan dan menyehatkan adalah protein. Asupan protein, kata dia, menjadikan manusianya menjadi sehat dan pintar.
Karena itulah pemerintah kemudian menggalakkan program makan ikan mengingat ikan mengandung banyak protein.
Hasilnya sekarang, pemerintahan Joko Widodo bisa meningkatkan konsumsi ikan dari 36 kilogram per kapita per tahun menjadi 43 kilogram per kapita per tahun. Dengan demikian, ada peningkatan sebanyak 7 kilogram per kapita per tahun.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada tahun 2015 sebesar 41,11 kilogram per kapita per tahun. Pencapaian ini sudah melebihi target yang ditentukan KKP, yakni sebesar 40,90 kilogram per kapita per tahun.
Sementara itu, penyediaan konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton, meningkat sebesar 10,01 persen dibandingkan tahun 2013. (Jones).