Brigjen Junior Tumilar dampingi Warga Bojong Koneng Sentul City dan Desa Jayanti, Babakan Madang Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rabu (1/12/2021).

BOGOR – Didampingi Brigjen Junior Tumilar, Warga Bojong Koneng Keluhkan Keberingasan Sentul City
Warga Desa Bojong Koneng dan Desa Jayanti, Babakan Madang Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mendatangi kantor Desa Bojong Koneng.

Kedatangan puluhan warga ini untuk meminta aparatur desa tidak mendukung pengembang Sentul City mencaplok lahan yang sudah ditempati warga selama 20 tahun.

Dewan penasihat Warga Desa Bojong Koneng, Brigjen TNI Junior Tumilar mengatakan, siapapun yang mampu harus bisa memberantas praktik-praktik mafia tanah. Menurutnya setiap warga negara harus menghormati keputusan Kementerian ATR/BPN tahun 1999 dimana hak guna bangunan telah dibatalkan.

Perwira yang sempat viral karena membela babinsa ini juga mengucapkan terima kasih kepada Sekretaris Desa Bojong Koneng, Bapak Suganda yang mau menerima rombongan.

Di depan warga Bojong Koneng, Brigjen Junior meminta warga untuk menghormati pemerintah, termasuk aparatur Desa. Karena menurutnya, aparatur desa juga bagian dari pemerintah.

“Saya mengimbau warga negara Indonesia, wajib hukumnya hormat ke pemerintah. Saya sebagai prajurit TNI juga menegakkan kedaulatan. Sementara rakyat bagian dari komponen pertahanan harus bisa mendukung TNI untuk menegakkan kedaulatan,” kata Junior di Bogor, Rabu (1/12/2021).

Sementara itu Evie Maisara Koordinator Masyarakat Pertanahan Indonesia (MPI) mengatakan, masyarakat yang tinggal di Desa Bojong Koneng rata-rata tinggal di tanah garapan. Lama tinggalnya pun beragam. Ada yang sudah 20 tahun, bahkan ada yang sudah 25 tahun meninggali tanah garapan ini.

Kepada Sekretaris Desa, Evie meminta untuk tidak menerima proposal apapun dari pengembang manapun Sentul City. Pasalnya, ada warga yang menjadi korban Intimidasi.

“Saya minta aparat desa sini untuk segera menghentikan proposal proposal yang masuk. Jangan mendukung mafia tanah, jangan mendukung preman masuk sini (Desa Bojong Koneng – Red). Tolong jangan diintimidasi. Jangan pernah menyuruh rumah saya,” ucap Evie.

Lebih Lanjut Evie mengatakan, pengembang Sentul City sangat sadis. Terbukti, saat dirinya meminta anggota untuk menyampaikan surat ke pihak pengembang. Jawabannya sungguh mengagetkan.

“Saya gak berani bu,” ucap Evie menirukan ucapan karyawannya.

Sementara itu, Sekretaris Desa Bojong Koneng, Suganda mengucapkan terima kasih sudah datang ke kantor. Suganda mengaku baru dua tahun menjabat sebagai sekretaris.

Dirinya mengatakan, selama menjabat, belum pernah ada perselisihan lahan. Oleh sebab itu, ketika ada warga yang datang dan mengeluhkan soal Sentul City, dirinya tidak bisa berbuat banyak.

“Jujur, pengetahuan saya soal pertanahan sangat minim, maka itu saya tidak bisa berkata apa-apa, saya harus mempelajari dulu semuanya,” ujar Suganda.

Editor: Angie